Musi Rawas SK- Pembangunan talud di Desa Bangun Sari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, tuai sorotan tajam karena dugaan banyak kejanggalan yang mengitari proyek ini. Saat proyek ini diperiksa lebih dekat, berbagai isu yang mencurigakan perlahan terungkap.
Salah satu isu sentral adalah dugaan ketidakakuratan titik lokasi pembangunan talud. Awalnya, titik lokasi ini telah ditentukan dalam RPJMDes oleh Kepala Desa sebelumnya, di Dusun 4. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat dugaan bahwa lokasi tersebut telah dipindahkan ke Dusun 3 oleh Kepala Desa yang baru menjabat. Ini adalah perubahan yang sangat mencolok dan memunculkan pertanyaan tentang alasan dan peraturan apa yang mendasari pemidahan titik lokasi tersebut.
“Yang jelas pertamo dio mindah, awalnyo di dusun 3 kelompok sri handayani dipindahkan ke dusun 4 kelompok tani mulya. Idak bolehlah, titik koordinatnyo digeser be keno apolagi dipindah, seharusnyo dio ikuti alur yang sudah ado karena APBDes kan dio belum buat. Ini jugo belum perubahan masih tahap 2,” ungkap warga ini.
Selain itu, proyek pembangunan talud ini diduga diborongkan, yang jika benar terjadi berarti tidak menerapkan sistem Padat Karya Tunai Desa (PKTD). Ini menjadi perhatian serius karena PKTD seharusnya memanfaatkan masyarakat setempat dan memberikan manfaat kepada mereka. Namun, dalam kasus ini, dugaan keputusan untuk memborong proyek telah memicu protes masyarakat karena mengabaikan tujuan PKTD.
“itu semeter diborong Rp 40 Ribu, bangunan sekitar 300 meter,” lanjutnya.
Ketika awak media mengunjungi lokasi proyek pada Sabtu (23/09/2023), ditemukan dugaan volume yang kurang dalam konstruksi talud. Terdapat pondasi yang diduga tidak digali dalam dan adukan semen yang tidak mencapai bagian dalam pondasi semakin menimbulkan keraguan serius tentang kualitas proyek ini.
Sementara Kepala Desa Bangun Sari Sumarno, ketika diwawancarai mengakui bahwa benar kegiatan tersebut adalah masa kepemimpinan nya. Namun dirinya mengelak atas adanya dugaan pemindahan titik lokasi dan pekerjaan yang diborongkan.
“Permintaan masyarakat untuk dibuat disitu, berita acara jugo lah ado. Tidak ado lah pemindahan posisi kami jugo dak tau dimano tempat awalnyo, upah itu bukan Rp 40 Ribu per meter tapi Rp 100 Ribu per hari malahan. Pokoknyo pekerjaan itu 160 hari totalnyo panjangnyo kalau dak salah 372 meter,” jelas Kades Bangun Sari.
Selain tidak mengetahui berapa jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam pembangunan talud tersebut, Kades arogan ini juga dengan sombongnya melarang media untuk bertanya tentang kegiatan di Desanya, sangat nampak bahwa ia tidak paham terhadap fungsi media masa sebagai sosial kontrol atas uang rakyat yang dirinya kuasai melalui anggaran Dana Desa.
“Kamu kan biso jingok dewek disitu jadi dak usahlah banyak betanyo kan, nah masalah wong berapo tu kami dak pulo tahu, yang jelas 160 hari. Nak digawe wong sikok yo mak itu kalau wong 10 berarti tinggal bagi bae kamu itung dewek lah,” tutup Kades arogan ini dan langsung memutuskan sambungan telepon sepihak.
Terpisah, Camat Purwodadi Erman Hari Rustaman, ketika ditemui di ruang kerjanya mengatakan bahwa dirinya sebagai Koordinator Kepala Desa sangat mendukung transparansi publik dalam setiap kegiatan Desa. Bahkan Camat ini dengan tegas mempersilahkan masyarakat untuk mengambil langkah sesuai jalur yang ada jika memang ada temuan yang mencurigakan di lapangan.
“Kalau memang betul ado temuan seperti apo yang kamu sampaikan tadi, kalian kan ado jalurnyo apo nak ke Inspektorat yo silahkan sesuai jalurnya. Jadi balik lagi ke masyarakatnya,” ujar Camat.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Aliansi Pemuda Silampari Bersatu Alam Budi Kesuma merasa geram terhadap Kades Bangun Sari tersebut yang terkesan tidak serius menjawab pertanyaan media, Bahkan aktivis muda ini bertekad akan mengusut tuntas permasalahan dari topik yang dibahas tersebut.
“Aneh Kades ini sebenarnya paham peraturan atau tidak, sudahlah tidak tahu jelas tentang pekerjaannya sendiri malah arogan juga dengan media. Apa persoalannya itu berani-beraninya melarang media pers bertanya, ada apa dibalik talud ini, kok bisa orang seperti ini dipilih jadi Kades,” pungkas Alam dengan nada tegas. (*)